Label

Sabtu, 16 Juni 2012

Ketulusan Cinta


Dara menerawang langit-langit kamarnya, bayangan masa lalu yang ingin ia lupakan kini hadir kembali. 1 tahun lamanya ia memendam rasa kecewa pada Rio, mantan kekasihnya yang tiba-tiba memutuskan berpisah dengannya. Dara sempat bingung, toh selama ini dia tidak pernah membuat kesalahan apa-apa dengan Rio, tapi kenapa tiba-tiba dia ingin berpisah? Ini tak masuk akal, pikir Dara saat itu.


“Tapi kenapa, Yo? Apa aku punya kesalahan sama kamu? Apa sikap aku ada yang kamu nggak suka?” saat itu Dara meminta penjelasan logis dari Rio yang tak berani menatapnya.
“Bukan, Dar… kamu tuh di mata aku sangat istimewa, dan akupun ternyata nggak pantes untuk milikin kamu, aku nggak lebih baik dari cowok-cowok lain,” Rio menatap Dara dalam-dalam tapi seketika itu pun juga ia melangkah menjauhi Dara.
“Alasan yang kamu buat bener-bener nggak masuk akal, dan kenapa kamu harus berpikiran kayak gitu? Aku nggak pernah ngerasa nggak cocok sama kamu, kenapa kamu rela nglepasin aku dengan alasan kamu nggak baik kayak cowok lain? Kamu tuh tetep yang terbaik di mata aku,” potong Dara yang membuat Rio berhenti dan berbalik lalu memeluknya.
“Maafin aku, Dar! Mungkin emang sebaiknya kita pisah, dan esok akan ada cowok lagi selain aku…” Rio melepas pelukannya lalu meninggalkan Dara yang terpuruk disana…
Dara terbangun dan tersadar kalo semuanya udah berakhir dan nggak ada yang bisa ngerubah waktu itu lagi. Dan sekarang pun ia tak tahu dimana Rio sekarang…


                                                                                                         ***
Pagi hari di sekolah, Dara berjalan di koridor. Ia hendak berlari namun tangan seseorang menepuknya.
Kiki Farel. Cowok berkulit putih, cakep, dan tentunya naksir Dara ini selalu menemui sang pujaan hatinya setiap saat untuk menarik perhatian Dara, namun tak satu pun sikap Farrel yang membuat Dara menerima cintanya.
“Kenapa, Rel?”
“Nggak, lo entar malam ada acara nggak?” untuk yang kesekian kalinya Farrel mengajak Dara dinner, namun sekian kali juga Dara menolaknya.
“Nggak! Emang kenapa?”
“Mau nggak dinner sama gue?” jantung Farrel udah mau copot, ia takut kalo akhirnya Dara tak mau diajaknya seperti hari-hari kemarin.
“Liat entar deh, kalo nggak sibuk ya? Akhir-akhir ini kan banyak banget ulangan. Entar gue kabarin ya? Dah.”
Dara meninggalkan Farrel ke dalam kelasnya, Farrel hanya mendengus pelan, mungkin memang ia harus bersabar untuk menarik perhatian Dara yang susah sekali untuk didekati.
“Dar, Farrel ngajak lo jalan lagi ya? Terus lo mau nggak? Mita langsung menyerbu Dara dengan pertanyaan.
“Gue nggak jawab! Lagipula entar kalo ada ulangan, gimana? Dinner juga nggak penting,”
“Dara Rizki yg cantik, lo mikirin nggak sih perasaan Farrel yang selalu ngajak elo jalan tapi nggak pernah lo turutin? Apa lo pikir dia nggak kecewa?”
“Kalo soal itu gue nggak nanggung, gue udah nolak dia dan ternyata dia masih nggak ngejauh, ya udah terserah dia.”
“Tapi kenapa lo nggak ngebuka hati buat dia sih? Farrel itu baik, Dar. Dia sayang banget sama lo! Sekarang lo pikir deh, untuk apa Ferrel terus ngikutin lo? Itu karena dia pengen cinta dari elo, Dar.”
“Gue masih nunggu penjelasan dari Rio, gue nggak mau nerima kata putus dari dia sebelum gue tahu alasan yang sebenarnya dia ninggalin gue.” Dara berkata tegas.
“Rio udah menghilang 1 tahun yang lalu, dan mungkin dia udah nggak inget elo lagi,” Mita menasehati Dara yang terus-terusan mikirin Rio yang kabur entah kemana.
“Rio mungkin bisa nglupain gue, tapi gue masih berharap banget dia bakal balik… dan nggak akan ada seseorang lagi sebelum Rio menjelaskan semuanya,”

Nggak ada yang bisa ngerubah keputusan Dara, dia akan tetep nunggu Rio menemuinya dan menjelaskan kisah yang sebenarnya belum bener-bener berakhir karena Dara tak pernah menerima kata putus dari Rio.

***

Dara menerawang langit-langit kamarnya, bayangan masa lalu yang ingin ia lupakan kini hadir kembali. 1 tahun lamanya ia memendam rasa kecewa pada Rio, mantan kekasihnya yang tiba-tiba memutuskan berpisah dengannya. Dara sempat bingung, toh selama ini dia tidak pernah membuat kesalahan apa-apa dengan Rio, tapi kenapa tiba-tiba dia ingin berpisah? Ini tak masuk akal, pikir Dara saat itu.


“Tapi kenapa, Yo? Apa aku punya kesalahan sama kamu? Apa sikap aku ada yang kamu nggak suka?” saat itu Dara meminta penjelasan logis dari Rio yang tak berani menatapnya.
“Bukan, Dar… kamu tuh di mata aku sangat istimewa, dan akupun ternyata nggak pantes untuk milikin kamu, aku nggak lebih baik dari cowok-cowok lain,” Rio menatap Dara dalam-dalam tapi seketika itu pun juga ia melangkah menjauhi Dara.
“Alasan yang kamu buat bener-bener nggak masuk akal, dan kenapa kamu harus berpikiran kayak gitu? Aku nggak pernah ngerasa nggak cocok sama kamu, kenapa kamu rela nglepasin aku dengan alasan kamu nggak baik kayak cowok lain? Kamu tuh tetep yang terbaik di mata aku,” potong Dara yang membuat Rio berhenti dan berbalik lalu memeluknya.
“Maafin aku, Dar! Mungkin emang sebaiknya kita pisah, dan esok akan ada cowok lagi selain aku…” Rio melepas pelukannya lalu meninggalkan Dara yang terpuruk disana…
Dara terbangun dan tersadar kalo semuanya udah berakhir dan nggak ada yang bisa ngerubah waktu itu lagi. Dan sekarang pun ia tak tahu dimana Rio sekarang…


                                                                                                         ***
Pagi hari di sekolah, Dara berjalan di koridor. Ia hendak berlari namun tangan seseorang menepuknya.
Kiki Farel. Cowok berkulit putih, cakep, dan tentunya naksir Dara ini selalu menemui sang pujaan hatinya setiap saat untuk menarik perhatian Dara, namun tak satu pun sikap Farrel yang membuat Dara menerima cintanya.
“Kenapa, Rel?”
“Nggak, lo entar malam ada acara nggak?” untuk yang kesekian kalinya Farrel mengajak Dara dinner, namun sekian kali juga Dara menolaknya.
“Nggak! Emang kenapa?”
“Mau nggak dinner sama gue?” jantung Farrel udah mau copot, ia takut kalo akhirnya Dara tak mau diajaknya seperti hari-hari kemarin.
“Liat entar deh, kalo nggak sibuk ya? Akhir-akhir ini kan banyak banget ulangan. Entar gue kabarin ya? Dah.”
Dara meninggalkan Farrel ke dalam kelasnya, Farrel hanya mendengus pelan, mungkin memang ia harus bersabar untuk menarik perhatian Dara yang susah sekali untuk didekati.
“Dar, Farrel ngajak lo jalan lagi ya? Terus lo mau nggak? Mita langsung menyerbu Dara dengan pertanyaan.
“Gue nggak jawab! Lagipula entar kalo ada ulangan, gimana? Dinner juga nggak penting,”
“Dara Rizki yg cantik, lo mikirin nggak sih perasaan Farrel yang selalu ngajak elo jalan tapi nggak pernah lo turutin? Apa lo pikir dia nggak kecewa?”
“Kalo soal itu gue nggak nanggung, gue udah nolak dia dan ternyata dia masih nggak ngejauh, ya udah terserah dia.”
“Tapi kenapa lo nggak ngebuka hati buat dia sih? Farrel itu baik, Dar. Dia sayang banget sama lo! Sekarang lo pikir deh, untuk apa Ferrel terus ngikutin lo? Itu karena dia pengen cinta dari elo, Dar.”
“Gue masih nunggu penjelasan dari Rio, gue nggak mau nerima kata putus dari dia sebelum gue tahu alasan yang sebenarnya dia ninggalin gue.” Dara berkata tegas.
“Rio udah menghilang 1 tahun yang lalu, dan mungkin dia udah nggak inget elo lagi,” Mita menasehati Dara yang terus-terusan mikirin Rio yang kabur entah kemana.
“Rio mungkin bisa nglupain gue, tapi gue masih berharap banget dia bakal balik… dan nggak akan ada seseorang lagi sebelum Rio menjelaskan semuanya,”

Nggak ada yang bisa ngerubah keputusan Dara, dia akan tetep nunggu Rio menemuinya dan menjelaskan kisah yang sebenarnya belum bener-bener berakhir karena Dara tak pernah menerima kata putus dari Rio.

                                                                                                         ***


Setiap hari Dara selalu melewati rumah Rio yang dulu, ia berharap bisa bertemu Rio duduk di depan rumahnya lalu melambaikan tangan sambil tersenyum menatapnya, namun tak pernah ia temukan sosok itu dan sering sekali ia melihat bayangan itu tapi sedetik kemudian hilang lagi. Dara selalu menanyakan keberadaan Rio pada tetangga sekitar rumah Rio, tapi nihil yang didapatnya, ia tak pernah mendapat jawaban keberadaan Dio yang sekarang.

Dara kembali ke rumahnya dengan perasaan campur aduk, entah karena capek, atau karena tak menemukan Rio di rumahnya. Seringkali Dara berfikir Rio benar-benar meninggalkannya dan nggak akan kembali. Tapi rasa kepercayaan Dara mengalahkan segalanya, ia akan terus bersabar sampai suatu saat nanti Tuhan akan mempertemukannya dan Dara yakin akan hal itu.

“Rio… aku masih nunggu kamu! Aku nggak akan ngebuka hati aku buat orang lain selain kamu… dan suatu saat nanti, kita bakal ketemu lagi, dan kamu akan memeluk aku, karena hati ini hanya dimiliki oleh satu orang, Cuma kamu…” Dara berkata di jendela kamarnya dan seolah-olah angin akan merekam ucapan Dara dan mengirimkannya pada Rio.

                                                                                                            ***
Dara dan Mita menelusuri mall selama 1 jam lamanya, mereka mencari buku untuk tugas di sekolah, namun tak juga menemukannya.
Dara menatap lurus seolah-olah ia melihat seorang yang selama ini memenuhi pikirannya, Rio. Dara melihat wajah itu kian berada di book store. Dan Dara yakin, ia tidak bermimpi.
Tanpa berpikir panjang lagi dan sebelum orang itu menghilang, Dara menghampiri sosok tegap itu tanpa memberitahu Mita. Ia gugup sekali, takut Rio tak mengingatnya lagi…



“Rio,” Dara memanggilnya penuh arti.
Sosok itu berbalik, dan betapa kagetnya saat ia melihat sosok gadis cantik di depannya. Rio pucat seketika melihat Dara sedang melihatnya. Dia pun hendak berlari dari tempat itu.
“Apa kamu tega ninggalin aku lagi, setelah sekian tahun menghilang?” sambar Dara cepat sehingga Rio pun menghentikan langkahnya.
Dara tahu apa yang akan ia lakukan, memeluknya. Di dekapnya cowok itu erat tanpa peduli orang-orang melihatnya. Dara sudah lama tidak mendekap tubuh cowok yang sangat ia cintai.
“Jangan konyol!” Rio berkata sekeras mungkin dan melepas tangan Dara dari tubuhnya. Dara kaget, ia tak menyangka Rio sudah benar-benar melupakannya.
“Rio… kamu nggak kangen sama aku?” suara Dara melirih, menahan rasa sakitnya. Rio terpaku sesaat mendengar suara lembut itu.
“Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Kamu harus ngerti,”
“Apa yang harus aku ngertiin lagi? Aku udah cukup ngerti untuk sabar nunggu kamu, tapi ternyata kamu nggak muncul-muncul untuk nemuin aku. Dan sekarang… aku bener-bener yakin nggak ada lagi aku di hati kamu kan? Kamu nggak mau ketemu aku, kamu ngehindarin aku, kamu nggak mau natap aku, kamu nggak mau aku peluk, itupun udah menjadi bukti aku nggak seberharga sampah yang mungkin malah lebih berarti daripada aku… apa kamu pikir setelah kamu menghilang dari aku, aku nggak bakal nyari kamu?” Dara mulai meneteskan air matanya, ia merasa dirinya sudah tak berarti bagi Rio.
“Jangan nangis! Aku nggak suka cewek cengeng!” Rio menjauh dari Dara seperti waktu Rio memutuskan hubungan dengan Dara 1 tahun yang lalu…

                                                                                                      ***


Rio masuk ke dalam rumah barunya, Dara melihat dari jauh di balik pohon halaman rumah Rio, Dara mengikuti langkah Rio saat ia keluar dari book store, dan sampailah ia di rumah Rio yang sekarang. Betapa senangnya Dara saat mengetahui dimana Rio tinggal dan ternyata dia baik-baik saja. Meskipun ia tak memperdulikannya…


Dara bertekad untuk menemui Rio di rumahnya, langkahnya pun gontai. Dara tak mau harapannya pupus di tengah jalan hanya karena Rio sudah melupakannya. Sesaat Rio muncul membukakan pintu saat ia mendengar ketukan.
Rio kaget melihat Dara, “Mau apa lagi?” Tanya Rio dingin.
“Aku belum mau berhenti ngejar kamu sebelum tahu apa yang terjadi,” jawab Dara tegar.
“Udah nggak penting lagi, Dar. Buat apa kamu terus ngikutin aku? Sampai kapanpun aku nggak akan ngasih alasan apapun! Dan nggak ada alasan yang mesti aku ucap,”
“Rio, aku tahu kamu punya alasan! Jangan kamu pikir aku bodoh, percaya gitu aja sama kamu yang mutusin aku tanpa sebab yang jelas! Kasih tahu aku,” jawab Dara cepat.
Sebelum Rio sempat menjawab, tiba-tiba muncul lelaki usia 40-an dan memakai pakaian putih sambil menenteng tas, seorang dokter.
Rio pucat melihat Dokternya itu datang saat Dara ada di rumahnya. Ia sudah tak bisa menyembunyikannya lagi.
“Rio, ini resep obat kamu, kemarin kamu sempat menelpon saya kan? Ya sudah, tebus lagi obatnya.” Dokter itu memberikan sebuah resep lalu pergi dari tatapan Rio.
“Kamu sakit?” Dara sempat tertegun melihat resep yang kini Rio pegang.
“Buat apa aku jawab? Lagipula Cuma sakit kepala aja kok, dan ini bukan urusan kamu,”
“Rio! Kenapa kamu nganggep aku kayak orang lain? Aku bukan orang lain…”
“Kalo kamu bukan orang lain, terus siapa? Kamu bukan siapa-siapa aku!!” Rio menjerit.
“Kamu inget, dulu kamu bilang sama aku kalo kita ini akan terus sama-sama… kalo pun kita pisah, kita akan tetep saling menyanyangi… tapi kamu udah ngingkarin janji kamu! Padahal kamu bilang itu saat aku ulang tahun, dan itu permohonan kamu kan? Tapi kenapa kamu boong?” Dara menangis lagi.
Rio diem, betapa ia ingin memeluk Dara namun tak juga mempunyai keberanian. Dia hanya menatap Dara yang sedang menangis.
“Buat apa kamu dulu sayang sama aku, kalo kamu akhirnya akan tega kayak gini? Buat apa???” Dara teriak histeris.
Rio menarik Dara ke dalam rumah, dia ingin menunjukan sesuatu.
“Kamu baca!”Rio memberikan dua lembar kertas putih pada Dara. Sesaat kemudian Dara terpaku dan membuka mulutnya lebar-lebar, kertas putih itupun jatuh ke lantai.
“Jadi ini? Ini alasan kamu ninggalin aku? Karena kanker otak?”  Dara tak bisa lagi untuk tidak meneteskan air matanya yang udah terbendung di pelupuknya.
Rio diem...
“Kamu pengecut! Kenapa kamu nggak ngomong sama aku dari dulu? Kenapa?” Dara menggoyang-goyangkan tubuh Dio yang lemas, karena gadis yang sangat dicintainya kini sudah mengetahui penyakit yang dideritanya.
“Aku nggak mau kamu kasihan ngliat aku dengan keadaan kayak gini,”kata Rio datar.
“Bodoh! Cuma karena itu? Apa kamu juga nggak kasihan sama aku yang terus nunggu selama 1 tahun, hanya demi penjelasan dari kamu?” Dara menjatuhkan lututnya ke lantai dan menangis sepuas hatinya.
“Jangan cengeng, Dar! Aku nggak mau kamu tangisin,”
“Aku nggak nangisin kamu! Aku kecewa sama diri aku sendiri yang baru menyadari kalo... ”
Dara tak melanjutkan kata-katanya, tangisnya semakin kenceng. Rio pun mengangkat Dara dan membantunya berdiri.
“Maaf…”Rio memeluk Dara.
Dara menangis dalam pelukan Rio yang erat, dan Dara benar-benar kalut sekarang, ia akan terus bersama Rio atau tidak…?
“Dar, dengerin aku…” Rio berkata halus lalu mengusap air mata Dara yang terus mengalir deras di pipinya, “Kamu jangan nangis lagi ya? Entar kalo aku udah pergi… kamu baru boleh nangis. Tapi jangan--,”
“Diem!!! Aku nggak mau denger itu lagi!” Dara menutup telinganya.
“Maafin aku... aku harus ninggalin kamu. Meski itu bukan kehendak aku, tapi aku harus terima takdir ini…”
“Rio, percaya sama aku! Kamu nggak akan kemana-mana, kamu akan tetep disini sama aku! Kita udah janji untuk saling sama-sama, untuk--,”
“Sssstt…”Rio menaruh jari telanjuknya di bibir Dara. “Jangan terlalu berharap banyak, Dar. Belum saatnya…” potong Rio lirih dengan mata yang berkaca-kaca.
“Harusnya kamu bilang sama aku dari dulu! Tapi kenapa kamu ngerahasiain ini semua dari aku? Apa aku nggak berhak tahu?”
“Aku nggak mau kamu ikut repot! Aku pengen kamu bahagia sama cowok yang nggak pernyakitan kayak aku… nggak pantes! Kamu udah nggak pantes deket-deket aku lagi, Dar.”
“Nggak! Asal kamu tahu aja, aku nggak pernah punya hubungan sama cowok lagi setelah sama kamu! Aku nggak mau posisi kamu di hati aku tergeser sama orang lain,”
Rio mencium kening Dara, dia benar-benar beruntung memiliki seseorang yang sangat mencintainya.
“Aku tahu… tapi kamu nggak tahu, setiap hari aku selalu ngikutin kamu kemana pun kamu pergi. Ke sekolah, jalan-jalan sama Mita, dan aku nggak pernah liat kamu sama cowok. Malahan kamu selalu lewat depan rumah aku yang dulu saat kamu pulang sekolah. Aku lihat kamu waktu itu duduk di jendela sambil neriakin nama aku… aku tahu semuanya, Dar.” Jelas Rio details dari yang ia ketahui.
Dara melongo, ia tak menyangka Rio mengikutinya, “Aku tahu kamu masih sayang sama aku, tapi kamu janji ya nggak akan ninggalin aku?”
“Iya, aku akan terus ada di samping kamu, jadi aku bisa liat anak kamu nanti, terus aku bakal tersenyum liat kamu sama suami kamu, tapi aku hanya bisa liat dari surga.” Jawab Rio tersenyum pada Dara.
“Kenapa kamu ngomong gitu sih? Apa kamu emang kepingin jauh dari aku? Aku nggak mau kamu ngrelain aku buat orang lain,”
“Dar, suatu saat pasti kamu punya suami… kamu hidup sama dia, sedangkan aku nggak, aku nggak bisa kayak kamu yang hidup lama…”
“Aku bilang kamu jangan ngomong itu! Kamu nggak boleh putus asa, Rio. Semuanya akan baik-baik aja…”
Rio mengembangkan senyumnya pada Dara yang terus saja menangis. Tapi nggak lama setelah itu, Rio memegangi kepalanya yang terasa berguncang hebat. Ia benar-benar tak bisa menahannya lagi.
“Yo… kamu kenapa? Kamu nggak bercanda kanYo…?” Dara menutup mulutnya dan air matanya pun semakin deras melihat kekasihnya meraung-raung kesakitan, “Rio, obat kamu mana?! Cepetan kasih tahu aku! Dimana?” Dara mulai gelisah.
“Nggak, Dar! Obat aku sebenernya udah habis. Makanya dokter tadi nganterin resep obat yang mesti aku tebus. Tapi aku belum ke apotek kan? Aku…aku…” rasa sakit kepala Rio sudah tak bisa dikendalikan lagi, tanpa obat.
“Sekarang aku harus nebus!” Dara dengan cepat meraih resep yang tergeletak di meja. Tapi Rio mencegahnya.
“Ngapain kamu? Udah nggak ada waktu lagi! Apotek jauh, Dar!”
“Kalo gitu aku telpon Dokter!” Dara beranjak menelpon Dokter yang tadi menemui Rio.
“Aaaaaa... ”
Dara menoleh, dilihatnya Rio kejang-kejang, ia langsung berlari memeluk Rio tapi tak mungkin, Rio sekarat.
“Kamu sabar ya… aku akan bawa kamu ke rumah sakit,” Dara berkata di sela-sela tangisnya.

                                                                                                  ***


Dara menghampiri Rio yang kini terbaring di rumah sakit, ia sudah sadar, dan Rio kini sudah bisa melihat Dara lagi.
“Rio…” Dara merintih.
Rio tersenyum.
“Bisa-bisanya kamu senyum dengan keadaan kamu kayak gini!” Dara membentak lirih, “Inget. Kamu jangan tinggalin aku, kalo kamu ninggalin aku, aku nggak akan maafin kamu!”
“Itu berarti kamu marah sama Tuhan, bukan sama aku!”
Dara menghela nafas… lalu mengeluarkannya.
“Rio, kata dokter kamu… kamu bisa selamat Asalkan kamu mau ya di operasi,”
“Itu nggak akan pernah aku lakuin! Aku nggak mau lupa sama kamu, sama kenangan kita, Dar. Biarin aku mati, tapi aku masih bisa inget kenangan kita.”
“Rio… aku janji, kalo aku bakal ngingetin kamu terus! Aku akan sabar, tapi kamu mau ya? Please… untuk aku?” Dara terus membujuk Rio.
“Dar, aku nggak akan mau. Kamu mungkin bisa ngomong gitu. Tapi kalo aku nggak bisa inget? Aku nggak mau jadi beban buat kamu…”
“Tapi apa kamu tega, ninggalin aku?”
Rio meraih tubuh Dara dan memeluknya erat. Mungkin ini adalah pelukan terakhirnya…
“Aku sayang kamu, Dar!” kata Rio masih memeluknya
“Aku juga, Yo. Kamu jangan pergi ya? Aku nggak bisa jauh dari kamu... ”
Namun pelukan itu tiba-tiba terlepas, dan Dara pun bisa merasakannya. Betapa terkejutnya ia saat melihat Rio yang tak tersadar, Dara mendekatkan telinganya di dada Rio, tak terdengar lagi detak jantungnya. Berarti...
Dara menjerit, ia lalu pingsan dan terjatuh tepat di atas tubuh Rio.
***


Tepat 1 tahun kematian Rio, dan Dara pun pergi ke pemakaman tempat ia dimakamkan.
“Pagi, Rio… kamu masih inget nggak permohonan kamu yang kamu ucapin waktu ulang tahun aku? Kamu minta supaya kamu bisa sama-sama aku terus. Dan kamu inget nggak, kamu pernah ngasih kado kalung buat aku... aku masih simpen, tapi... aku kembaliin ya? Mungkin dengan kayak gini, aku bisa tenang. Kamu tahu nggak, aku lulus! Barusan aja aku liat pengumuman di sekolah. Rio … kalo aja, kamu sekarang di deket aku, pasti aku sama kamu lagi ngerayain kelulusan kita...” kata Dara lalu meletakkan kalung yang dibawanya di atas gundukan tanah itu.
“Makasih atas semuanya!” Dara meninggalkan pemakaman Rio dan masuk ke dalam mobilnya…

***
_The End_





Cintaku Cintanya Untukmu


Di rumah, Dara sedang sms’an sama cowo. Nah, cowo itu kan kakak kelasnya, namanya Ikmal. Kebetulan ia mempunyai sahabat yang sekelas sama cowo itu namanya Mita. Dara pun langsung menelfon Mita dan menceritakan tentang cowo itu, Dara sih bilangnya kalo dia belom yakin cowo itu Ikmal, ia minta agar Mita mau sms an sama si cowo itu, buat ngeyakinin aja dan Mita pun menyanggupinya.

Malampun tiba, Mita pun hendak sms’an sama cowo yang namanya Ikmal itu. Tapi Mita gugup banget mau sms nya kayak apa. karna tenyata Ikmal itu CLBK nya. Tapi, demi sahabatnya ia mau ngelakuin itu. Setelah sms an ternyata cowo itu beneran Ikmal dan Mita pun heran mengapa Ikmal bisa sms an sama Dara. Ia pun baru sadar kalo akhir-akhir ini ada gossip di sekolah kalo Ikmal suka sama Dara. Memikirkan hal itu Mita jadi risih, mungkin karena dia masih suka sama si Ikmal itu.

Keesokan harinya di sekolah,

“Hey Mit, gimana itu beneran k’Ikmal bukan ?” Tanya Dara.
“Iya, itu beneran si Ikmal.” Jawab Mita males gitu.
“Oh oke thanks Mit, aku ke kelas duluan ya.” Kata Dara dan Mita hanya mengangguk.

Di kelas, Mita ngerasa kalo Dara ngeliatin dia terus. Wah jadi kegeeran nie Mita soalnya kan walaupun mereka CLBK mereka tuh gak terlalu deket, mereka paling Cuma deket kalo chatting.

Pelajaranpun selesai, kelas dibubarkan.

Mita buru-buru pulang ke rumah, waktu dia liat HP nya ada message dari Ikmal. Sebelum membukanya Mita mikir dulu “kenapa ya dia sms aku lagi?”. Akhirnya Mita dan Ikmal pun sms an terus-terusan.

Sementara itu Dara menelpon ke rumah Mita dan memintanya untuk datang ke rumah. Mita pun pergi ke rumah Dara. Sesampainya, Dara bercerita bahwa iya mempunyai PR.
“ PR apa Dar ? B.Indo , MTK ?” Tanya Mita.
 “What ? Bukan PR itu tapi Penggemar Rahasia.” Jawab Dara.
“Hah.., Penggemar Rahasia?” Mita kaget.
“Ia. Dia tuh sering banget kirimin sms cinta buat aku, tapi dia gak mau ngasih tau identitasnya. Apa coba kalo bukan PR .” kata Dara sembari tersenyum-senyum.
“Tapi kamu masih suka sms an sama Ikmal ?” Tanya MIta.
 “Iya.. semenjak PR itu sms in aku, Ikmal gak suka sms in aku lagi. Malah terakhir dia sempet bilang kalo dia sering sms an sama kamu .” jawab Dara.
“Ah.. yaudahlah aku balik dulu.” Mita pamit.

Di kamar, Mita jadi mikir “Mungkin gak ya Ikmal PR nya Dara?”, Mita mikir gitu karena dia emang orangnya suka menyimpulkan kejadian-kejadian yang ada. “ Kalo itu bener Ikmal, terus buat apa , dia perhatian sama aku, buat apa ? buat apa ? buat apa ?” Mita ngomel sendiri . Ngomelnya berenti sampe dia dapet sms dari Ikmal, dan akhirnya mereka pun basa-basi sampe akhrinya Ikmal nanya.
“ Mit, kamu udah punya cowo belom?”
“Ya belomlah, emank kenapa ?” Mita Tanya balik dan hatinya pun mulai cenat-cenut.
“ Gak papa koq” Jawab Ikmal.
“Ih.. Kenapa ?” Mita nanya lagi karena penasaran.
“Yeh.. Maksa kamu. Emank mau kamu kalo aku yang punya  ?” jawab Ikmal.
Hatinya Adisty bener-bener cenat-cenut, dia pura-pura gak ngerti
“Maksudnya?”.
 “Kamu mau gak jadi pacar aku ?” Kata Ikmal.

Seng… Hati Mita Cengok, Hatinya berbunga-bunga dia masih gak percaya kalo Ikmal nembak dia. Dia pun sadar karena HPnya bunyi. Ternyata sms dari Ikmal.
“Mit, koq gak di jawab sih. Gimana?”.
”Aku butuh waktu” jawab Mita singkat.

Keesokan harinya di sekolah. Saat bel istirahat. Mita dan Dara duduk di taman. Tiba-tiba HP mereka bunyi berbarengan. Mita memdapat sms dari Ikmal sedangkan Dara dari PR nya dan Mita membacakan isi smsnya “ Telfon dong walau Cuma bilang hallo, sms dong walau Cuma bilang hai …………………”.
“Eh Mit kamu dapet sms dari siapa tuh ?” Tanya Dara. 

“Eh, emangnya kenapa Dar ?” Mita Tanya balik.
 “Sms yang kamu baca itu,, sama persis kaya sms yang aku dapet barusan dari PR itu ! Jangan-jangan temen kamu yang kirim sms itu PR aku lagi. Yaudah cepetan kasih tau siapa yang sms kamu ?” Tanya Dara terburu-buru .
“Eh.. eh.. y..y..yang nya.. sar eh.. iya yang nyasar “ Jawab Mita sambil senyum kepaksa.
” Yaudah aku ke kelas duluan ya ?” tambahnya sambil berlari ke kelas.

Setelah pelajaran selesai Mita pergi ke kantin dan Ia mendapat sms dari Ikmal isinya “Mit, gimana kamu mau gak terima aku ? Kalo kamu mau terima aku, kamu dateng ke Taman kota jam 3 sore dan aku akan nunggu kamu apapun yang terjadi kalo kamu gak dateng juga ya… aku tau jawabannya . # Don’t reply my message #.” Mita pun pulang ke rumah.

***

Jam 3 kemudian. Mita bingung dia terima Ikmal atau enggak, di satu sisi dia emang sayang sama Ikmal, di sisi lain dia bingung gimana kalo misalnya PR nya Dara tuh Ikmal. Setengah jam ia berfikir dan akhirnya ia mendapat jawabannya ia fikir kalo misalnya Ikmal PR nya Dara mana mungkin Ikmal nembak dia. Ia pun segera bergegas ke taman.

Di lihatnya Ikmal yang sedang duduk di atas bangku di bawah pohon. Udara terasa sejuk, bunga seolah melambai-lambai menyapa kehadiran Mita. Ikmal pun berdiri dari tempat duduknya dan berkata.
“ Mita kamu cantik banget hari ini ! “.
“Oh jadi hari ini doang aku cantiknya ?“ Tanya Mita gugup .
“Eh.. Enggak koq, kamu cantik setiap hari .” jawab Ikmal.
“Jadi kalo kamu udah ada di sini artinya kamu nerima aku donk ?” Tanya Ikmal.
Mita hanya mengangguk sambil tersenyum berseri-seri.

Mita pun berkata “ Tapi kamu gak akan hianatin aku kan ?”
Seketika Fernan terdiam seribu bahasa, Ia takut menyakiti Mita . “iya” Jawab Ikmal yang sedang bingung. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.

Sampe di kamarnya Mita ngebayangin hal terindah tadi sampe hp nya bunyi ada sms dari Dara. Dara bilang kalo dia udah ngerasa suka banget sama PR nya itu, tapi PR nya gak nembak dia mulu dan ia minta Mita nginep di rumahnya karena ortu nya lagi keluar kota.

Sesampainya di rumah Dara.
“Hai Mita, liat PR nya mau kasih tau namanya loh.” Kata Dara.
“Oh ya .. jadi dia siapa ?” Tanya Mita.
“Ikmal” jawab Dara.

Sambil menahan tangisnya Mita tersenyum dan bertanya “Dia udah nembak kamu ?” .
 “Ya.. Belom sih tapi aku sayang banget sama dia dan akhir-akhir ini dia udah jarang sms aku kecuali aku yang sms duluan paling.” Jawab Dara terpotong.
 “Dar, ma’af ya aku gak jadi nginep di rumah kamu soalnya aku baru inget kalo aku harus temenin bunda aku spa.” Kata Mita sambil lari keluar dan menangis tanpa ketauan Dara.
 “Yeh.., Mita kenapa sih. Hmm..yaudahlah.” Kata Dara.

Mita yang lari ke rumahnya, tiba-tiba di tengah jalan turun hujan yang sangat deras. Mita yang lari-larian sambil menangis gak melihat ada motor di jalan dan ia pun terserempet motor itu, kepalanya terbentur batu sehingga terluka dan tak sadarkan diri. Pengendara motor itupun membawa Mita ke RS terdekat. Dan ternyata yang nabrak Mita itu kakaknya Ikmal (Wahyu).

Wahyu pun mengambil HP Mita dan menghubungi nomor terakhir yang ditelfon Mita menggunakan HP nya dan ternyata itu nomor Ikmal.
“Halo Bang ada apa ?” Tanya Ikmal.
” Gua gak sengaja nabrak temen loe. Mendingan sekarang loe dateng ke RS. Intan Delima gak pake nanya lagi cepetan.” Jawab Wahyu dan langsung mematikan telfonnya.

15 menit kemudian Ikmal datang. “Bang Wahyu kamu nabrak siapa sih ?” Tanya Ikmal.
 “Cewe itu”  sambil menunjuk kamar rawat Mita. Ikmal pun masuk ke kamar itu dan dilihatnya Mita tengah berbaring tak berdaya di atas ranjang. “ Mi.. mi.. Mita.” Kata Ikmal sambil memegang tangan Mita dan meneteskan air mata. “Mit.. Kamu kenapa ? Pasti kamu lagi ada masalah sampe kamu bisa meleng gitu ?” Tambah Ikmal.

Seketika Mita pun membuka matanya “Ikmal…” katanya lemas. “Kamu gak usah banyak ngomong dulu.” Kata Ikmal so’ cuek. “Aku kenapa ?” Tanya Mita. “Harusnya aku yang Tanya . Kamu kenapa Mit ?” Ikmal Tanya balik. Mita hanya menggeleng. “Yaudah sekarang aku anterin kamu pulang dulu ya dokter bilang luka nya gak terlalu parah ko. Besok aku jemput kamu jam 9. Pokonya kamu harus cerita sejujur-jujurnya.” Kata Ikmal. “Tapi kamu juga harus jujur”. Kata Mita. Ikmal pun mengantar Mita pulang, lalu pulang ke rumahnya.

Keesokan harinya di taman. Ketika Mita mau cerita HPnya berbunyi. Ada sms dari Dara : “ Mit, aku lagi bingung nih aku ko kayanya sayang banget sama PR aku itu ,Ikmal. Aku suka sama dia n sayang,,, sayang.. banget. Kamu mau ya bantuin aku, Comblangin aku sama dia gitu. Plis banget ya Mit ? Kamu kan sahabat terbaik aku plis ya..?? Plis… ! “ Mita pun meneteskan air mata  setelah membaca sms itu. “Mit, Kamu kenapa ?” Tanya Ikmal. Mita hanya terdiam. Ikmal pun mengambil HP Mita dan membaca sms itu. “PR itu apa sih. Maksudnya apa aku PR nya Dara ?” Tanya Ikmal. “Penggemar Rahasia.” Jawab Mita. “Aku penggemar rahasia Dara ? Sejak kapan ? Aku tuh Cuma sayang sama kamu Mit gak sama yang lain.” Kata Ikmal.

“Trus sms – sms itu ? Maksudnya apa ?” Tanya Mita. “ Sms apa ? “ sambil berfikir “Oh aku tau. Gini ceritanya Aku tuh mau nyomblangin Rio sama Dara jadi PR nya dia tuh bukan aku tapi si Rio.” Jelas Ikmal. “Tapi Dara suka nya sama kamu bukan sama Rio.” Kata Mita sambil menangis. “ Tapi aku Cuma sayang sama kamu Mit, dan itu udah lama banget jauh sebelum Dara suka sama aku , and jauh sebelum kamu sayang sama aku. Dan Rasa itu dalem banget dan Cuma untuk kamu .” Jelas Ikmal. “Tapi ma’af Mal, aku gak bisa terusin semua ini.” Kata Mita. “Maksud kamu apa ?” Tanya Ikmal. “Kita harus …..” belum selesai Mita bicara Ikmal memotong. “ Kita harus tetep bersama atau kamu mau kehilangan aku selama-lamanya.,”. Mita meneteskan air mata sambil berkata “ Mal, Plis jangan bikin aku harus milih antara kamu sama Dara . Kalian tuh orang-orang penting dalam hidup aku. Dan aku emang gak mau ninggalin kamu tapi aku juga gak mau ngecewain Dara.”

Hujan pun turun amat deras. Mereka diam seribu bahasa. Lama kelamaan hujan pun reda. “ Jadi, sekarang mau kamu apa Mit ?”Tanya Ikmal. Namun, Mita hanya menggeleng. “ Aku gak butuh apa-apa sekarang.” Kata Mita . Ia pun pergi meninggalkan Ikmal. “Mit, Inget kalo kamu ngelakuin itu kamu bakal kehilangan aku selamanya.” Teriak Ikmal. Dan akhirnya ia pun pulang.

Di kamar, Mita hanya menangis untuk kejadian hari ini. Telfon dari Ikmal di reject begitupun telfon dari Dara. Dan setelah kejadian itu Mita jatuh sakit. Kata dokter dia kena syok karena beban fikiran. 3 hari Mita gak masuk sekolah karena sakit. Di rumah ia hanya ditemani Pembantunya karena orangtuanya masih ada tugas ke luar negeri. Di waktu yang bersamaan Ikmal dan Dara dateng ke rumah Mita. Mereka pun masuk ke kamar Mita. “Mit, kamu kenapa sih ?” Tanya Dara.

“Aku gak apa-apa kok.” Jawab Mita. “Mit, aku mau nunjukkin sesuatu sama kamu. Kamu kan lagi sakit, kamu mau kan liat sahabat kamu ini bahagia?” Tanya Dara lagi. Mita mengangguk. hal yang gak disangka-sangka oleh Ikmal dan Mita, ternyata Dara mengungkapkan perasaannya kepada Ikmal di hadapan Mita.

 “Ikmal sebenernya aku sayang banget sama kamu. Jauh sebelum kamu jadi PR aku. Aku udah sayang sama kamu semenjak aku kenal sama kamu. Apa kamu ngerasain hal yang sama ?” Spontan Dara berbicara. Setelah itu Mita tiba-tiba tak sadarkan diri.
“ Mita…” kata Ikmal.

***

Mereka pun membawa Mita ke RS Intan Delima. 3 hari ia dirawat dan keadaannya sudah pulih. Ikmal yang menjemputnya dari RS karena Dara harus belajar kelompok. “Mau sampe kapan kamu gantung cintanya Dara ?” tanya Mita. “Loh Maksud kamu apa Sayang?” Ikmal Tanya balik. “udah, kamu udah gak pantes panggil aku sayang lagi karena aku udah gak sayang sama kamu.” Kata Mita sambil memalingkan wajahnya. “Apa? Gak mungkin Mit ! Kamu jangan bercanda dong.” Kata Ikmal. “Aku sama sekali gak bercanda. Aku emang gak suka lagi sama kamu. Dan lusa ,aku bakal ke London pindah rumah and sekolah.”Jelas Mita. “ Mita itu gak mungkin. Lagian apa alesan kamu buat gak sayang lagi sama aku ?” Tanya Ikmal. “ A..Aku punya cowo baru.” Jawab Mita terbata-bata. “Gak mungkin.” Kata Ikmal gak percaya.
Tak terasa mereka telah sampai di rumah Mita.

Mita pun turun tanpa sepatah kata. Mita langsung masuk kamar dan menulis 2 surat yang pertama untuk Dara. : “ Teruntuk sahabat terbaikku, Dara Rizki Ruhiana. Dar, ma’af sebelumnya karena aku gak bisa jujur dari awal sama kamu tapi sebelumnya kamu harus tau kalo aku itu udah pacaran sama Ikmal sebelum kamu bilang ke aku kalo kamu sayang banget sama dia. Dan sekarang aku sadar kalo kamu lebih pantes buat Ikmal . Sayang Aku sama dia gak sedalam cinta kamu buat dia. Besok , Aku udah pergi ke London dan aku udah urus semua, termasuk urusan sekolah. Tapi kamu harus janji kalo kamu akan menjadi yang terbaik buat Ikmal, lebih dari aku. Mungkin ini surat pertama dan terakhir aku untukmu. Salam hangat, sahabatmu Cameria Happy Pramita”

Dan yang kedua untuk Ikmal.: “For My Love, Ma’afin aku ya Mal aku harus pergi ke London besok. Semua kenangan kita akan aku bawa seumur hidupku. Sebenernya aku gak mau ngelakuin semua ini tapi aku gak bisa milih antara kamu atau Dara. Dan aku masih sayang banget sama kamu, tapi tenang aja rasa ini akan aku kubur dalam-dalam. Mungkin kamu akan lebih baik bersama Dara yang selalu menyayangi kamu. I ALWAYS LOVE YOU, IKMAL TOBING. Aku harus pergi.
Salam manis,Cameria Happy Pramita.

Keesokan harinya. Inilah hari di mana Mita berangkat ke London bersama teman-temannya yang mengikuti jalur beasiswa. Orang tuanya, Ikmal dan Dara mengantarnya ke Bandara. Hal yang gak pernah di duga-duga pun terjadi. Pesawat yang ditumpangi Mita mengalami sebuah kecelakaan. Semua panik terlebih Dara dan Ikmal. Ketika melihat daftar korban tewas, ternyata keadaan Mita Kritis. Dara, Ikmal dan Ortunya Mita masuk ke ruang ICU. “ Mita, bangun Nak.” Kata mamahnya sambil menangis. Karena gak kuat melihat keadaan Mita yg sangat lemah mamahnya keluar dan disusul papahnya. Seketika Mita sadar. “ Mit, ma’afin aku . Ini semua gak akan terjadi kalo aku gak mikirin ego aku.” Kata Dara sambil menangis.

“Kamu gak salah kok.” Jawab Mita pelan sekali. “Mit , Aku sayang banget sama kamu, aku mohon kamu sembuh Mit . Aku gak mungkin sanggup hidup tanpa kamu. Orang tua Aku udah pergi satu sama lain karena bercerai, Bang Wahyu udah punya keluarga, jadi Cuma kamu satu-satunya alasan untuk aku bertahan hidup, tanpa kamu aku gak bisa hidup, lebih baik aku mati.”Jelas Ikmal. “Enggak Mal, kamu harus tetep hidup buat Dara dan demi aku yah. Mungkin hidup aku tinggal menghitung detik. Kamu akan lebih bahagia bersama Dara”. Jawab Mita pelan.

Tiba-tiba garis di mesin pengukur detak jantung Mita begerak lurus menandakan sudah tak ada lagi detak jantungnya. Ya.. Mita sudah pergi untuk selamanya. Dan siangnya, pemakaman Mita pun diwarnai haru yg mendalam dari semua, terutama Ortu, Dara, dan Ikmal.

Ikmal pun yg tak kuasa menahan tangis pun beranjak pergi. Ikmal pergi ke tempat kenangan ia sama Mita, Dara pun mengikuti Ikmal. Ternyata di tempat itu,Ikmal bener-bener nekad dan memecahkan botol yang ada ditangannya, lalu menggoreskan kaca di lengannya. Seketika Ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Dara yang menyaksikan hal itu langsung mendekatinya dan memanggil ambulan.

Namun sayang Ikmal tak bisa diselamatkan. Ia pun menyusul kepergian Mita. Dan Dara yang sedang merasakan kehilangan orang-orang yg ia sayangi,sangat terpukul dan Ia pun berlari pergi meninggalkan RS. Tanpa di sadari, di jalan, Dara tertabrak mobil dan nyawanya pun juga tak terselamatkan. Dara pun pergi untuk selamanya, menyusul kepergian Mita dan Ikmal.

_The End_


Cinta Sejati


“Aku nggak tau, maunya kamu itu apa. Udah jelas-jelas Rio itu suka banget sama kamu, sayang dan perhatian. Kenapa sich dia kamu putusin,” tanya Mita yang nggak habis pikir tentang kelakuan Dara.

“Aku nggak suka sama dia,” jawab Dara lantang
“Kalau kamu nggak suka, kenapa kamu terima dari awal, waktu dia nembak kamu?”
“Yach, aku kan nggak tau sikap dan sifat dia kayak itu. Ternyata udah dijalanin, aku rasa aku nggak cocok aja sama dia”.
“Tapi kan kalian baru sebulan jadian. Kamu butuh waktu Dar, agar kamu tau banyak soal Rio”.
“Duh..... Mit. Waktu sebulan itu cukup lama. Mau berapa lama lagi sich? Lagian aku udah bosan sama dia”.

“Kamu nggak boleh gitu Dar. Rio itu orangnya baik. Salah apa sich dia sama kamu. Pokoknya aku nggak setuju kamu putus sama dia”.
“Lho ... koq jadi kamu yang sewot ? Ya udah, kamu aja yang pacaran sama dia. Atau jangan-jangan kamu tu naksir ya sama Rio, makanya ngebelain dia”.
“Bukan gitu Dar!”
“Terus?”
“Aku nggak mau kamu kena batunya. Aku ini sahabat kamu. Aku nggak pengen terjadi apa-apa sama kamu”.

“Duh......perhatiannya. Tenang aja Mit, nggak akan terjadi apa-apa sama aku”.
“Iya, aku percaya, Dar. Sejak Wahyu pergi dari kamu, kamu tu banyak berubah. Dara yang dulu nggak pernah nyakitin perasaan orang lain, Dara yang selalu setia, Dara yang punya warna hidup”.

“Ach ..... sudah Mit, semua itu masa lalu. Lupakan aja Dara yang dulu. Meskipun sikap aku udah berubah. Dan aku rasa soal Wahyu nggak usah dibahas dech”.
“Tapi Wahyu kan yang buat kamu jadi seperti ini Dar. Aku kasian sama kamu”.
“Kamu nggak perlu kasiani aku, aku nggak papa kok, Mit”.
“Kamu nggak perlu bohong Dar. Kamu tu menderita karena orang yang paling kamu sayangi ningalin kamu tanpa membuat keputusan apapun. Aku kenal baik sama kamu Dar. Aku ingin kamu lupain Wahyu”.

Dara terdiam. Sejurus diresapinya kata-kata Mita barusan. Mita memang benar, Dara harus membuang jauh-jauh masa lalu dan membuka kehidupan untuk kebahagiaan. Tanpa diduga oleh Mita, Dara memeluknya dengan erat. Gadis itu menangis di pelukan sahabatnya.

“Tapi aku nggak bisa Mit. Aku nggak bisa lupain Wahyu. Aku cinta mati sama dia,” ujar Dara.
“Ss ....sst, kamu pasti bisa. Ingat Dar, cinta sejati itu adalah cinta kepada Tuhan. Kamu coba ya .....”.

Dara nuruti saran Mita untuk menerima Rio kembali. Memang dia sayang banget sama Dara. Dara berharap keputusan yang diambilnya kali ini bukan merupakan kesalahan seperti yang dilakukannya saat dia menerima Wahyu.

Biarpun Rio udah begitu baiknya, Dara tetap aja belum bisa menerima Rio sepenuhnya menjadi bagian dari kehidupannya. Menurutnya, posisi Wahyu belum bisa digantikan oleh siapapun termasuk Rio.


Rio ngajak Dara ke sebuah cafe. Suasana cafe yang cukup romantis pas benar pilihan Rio untuk mengungkapkan semua perasaannya ke Dara.
“Dar, aku nggak tau dan entah apalagi yang bisa aku lakukan untuk ngeyakini kamu, kalau aku benar-benar serius sama kamu. Aku ngerti kok, kalau hati kamu bukan untuk aku. Aku nggak bisa mengantikan posisi Wahyu di hati kamu”.
“Wahyu...? Kok kamu tau?”

“Mita udah cerita banyak tentang kamu. Maaf, mungkin aku terlalu lancang tau soal kamu. Tapi ini aku lakukan karena aku bingung dengan sikap kamu. Kita sudah hampir dua bulan kita pacaran, tapi nggak seperti orang pacaran lazimnya . Aku sadar , aku nggak akan bisa bahagiakan kamu”.

Rio menarik napas dalam-dalam. “Aku nggak peduli perasaan kamu ke aku seperti apa, tapi kamu harus tau aku benar-benar sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, Dar.
Streett....!! tanpa diduga jus tomat Dara tumpah, sehingga membasahi jeans yang dikenakan Dara.

“Kok bisa gini Dar? Kamu sich melamun aja,” kata Rio sembari membersihkan celana Dara dengan tissue. Dara membiarkan Rio melakukan itu. Nggak biasanya dia seperti itu.
“Dah selesai,” kata Rio.
Dara kaget. Berarti dari tadi Rio membersihkan celananya. Dara terus melamun.
“Thanks ya io, Duh .. jadi nggak enak nich”.
“Nggak apa-apa Dar”.

“Aku ke toilet sebentar ya Io”.
Dara ke toilet yang berada di sebelah kanan pintu keluar.
“Oh Tuhan...., kenapa aku selalu deg-degan terus bila dekat sama Rio, padahal sebelumnya nggak gitu. Dia baik banget, aku nggak tega kalau nyakitin dia. Mungkin Mita bener, aku harus menerima Rio jadi soulmateku, dan aku akan berusaha belajar mencintainya,” pikir Dara dalam hati.

Pas mau masuk ke toilet, tiba-tiba mata Dara terbentur dengan sosok yang nggak asing lagi buatnya.


“Wahyu ....?”
“Dara......kenapa ada di sini?”
“Kamu sendiri? Aku lagi makan bareng sama teman”.
“Dengan siapa kesini? Dengan pacar kamu?”
Bussyet Wahyu ngeledek atau serius.
“Nggak, teman.”
“Kamu masih sendiri, Dar?”
“Iya”.
“Sama donk kalau gitu”.


Kenapa ya aku nggak ngerasain hal yang sama pada Wahyu seperti yang aku rasakan waktu dengan Rio?pikirku
“Berarti aku bisa donk jalan lagi sama kamu,” tanya Wahyu.

Dara bingung dengan pertanyaan Wahyu barusan.
“Boleh”.
“Ok, oia Dar, aku cabut dulu, teman-teman nunggu tuh...”.
“Oh, iya..” jawab Dara.

***
Di Rumah Mita…

“Mit, gimana nich? Ntar malam Wahyu ngajak aku kencan.”
“Kencan apaan?”
“Mit, aku bingung banget. Tau nggak, dia ngajak aku balikan”.
“Nggak bisa Dar. Aku nggak setuju”.
“Tapi aku masih sayang sama dia. Dia nggak berubah Mit. Lagian aku ma dia kan belum putus”.
“Kamu tu gila ya Dar ? Wahyu tu udah ninggalin kamu, terus sekerang dia ngajakin kamu pacaran lagi. Kamu tu jangan bego Dar”.
“Tapi aku senang kalau bisa jalan sama dia lagi. Masalahnya Rio, Mit. Gimana dgn Rio?”
“Aku nggak bisa bantu kamu soal ini. Aku nggak ikut dalam perbuatan konyol kamu”.
“Ya udahlah, Mit”.
Mita ninggalin Dara. Sementara Dara masa bodoh dengan omongan Mita.

Malamnya Wahyu menjemput Dara. Wahyu membawa Dara ke tempat yang nggak kalah romantisnya dengan waktu Rio ngajak Dara.


“Dar, aku minta maaf”.
“Soal apa?”
“Aku tau, mungkin permintaan maaf aku ini nggak cukup buat nebus smua kesalahan aku sama kamu. Aku ninggalin kamu gitu aja,” hati-hati Wahyu melanjutkan kata-katanya.
“Waktu itu aku nggak tega mutusin kamu, makanya aku pergi ninggalin kamu”.
Dara terdiam, kegetiran menyelimuti perasaannya. Luka lamanya tertoreh kembali oleh perkataan Wahyu yang mengingatkannya pada penderitaan yang ia rasakan sepeninggalan Wahyu darinya.

“Dar, maafin aku. Sebenarnya waktu kita masih pacaran dulu, aku udah menjalin hubungan dengan cewek lain, namanya Alexa. Aku membandingkan kamu dengan Alexa, dengan tujuan ingin mencari yang terbaik diantara kalian berdua. Dengan Alexa, aku mendapatkan sesuatu yang nggak aku dapat dari kamu. Makanya aku putuskan bahwa Alexa adalah pilihan hatiku”.

Air mata yang indah ditahan Dara dari tadi nggak bisa lagi diajak kompromi, kini bergulir di kedua pipinya.

“Aku pergi dari kehidupan kamu dengan harapan aku bisa bahagia dengan Alexa. Tapi kenyataannya lain, Alexa nggak cuma milik aku, dia juga milik cowok-cowok lain. Sejak aku tau Alexa seperti itu, aku putus sama dia, dan setelah itu aku kesepian. Waktu itu aku sempat berpikir untuk kembali sama kamu, tapi aku takut kamu nggak mau menerima aku. Akhirnya kita bertemu di cafe itu. Waktu itu semangat dan keberanianku muncul, karena aku yakin dari tatapan mata kamu, masih ada cinta buat aku,” kata Wahyu.
Dara mengatur napas. Tampaknya sulit untuk bicara, karena isakan tangis.

“Aku nggak bisa, Yu”.
“Kenapa?” Wahyu terkejut dengan ucapan Dara yang nggak pernah dia duga.
“Aku ingin mencari kebahagiaan seperti halnya kamu. Dan aku rasa kebahagiaan itu nggak aku dapatkan dari kamu, tapi dari orang lain.”
“Siapa orang itu, Dar?”.
“Kamu nggak perlu tau siapa dia”.
“Tapi aku yakin, Dar, kamu hanya cinta sama aku.”
“Kamu benar, Yu. Aku memang sangat cinta sama kamu, dan aku sulit untuk ngelupain kamu, tetapi bukan berarti aku nggak bisa melupakan kamu.”
“Tapi gimana dengan aku, Dar. Kamu harus mikirin aku donk!”
“Waktu kamu ninggalin aku, kamu pernah mikir nggak tentang perasaan aku. Nggak pernah kan, Yu?”
“Tapi ....”
“Yu, serbaiknya kamu lupain semua tentang kita. Itu semua masa lalu, dan aku rasa nggak seharusnya kamu ada di sini, aku nggak mengharapkan kehadiran kamu. Pergilah Yu, kamu harus mencari cinta kamu, karena cinta kamu bukan aku.


***
Dirumah …

“Hei .....ngelamun terus. Tuh Rio nungguin di bawah. Kayaknya dia ada sesuatu untuk kamu,” Mita mengejutkan Dara, sehingga lamunannya berhamburan entah kemana.
“Apa....?”
“Nggak tau. Lihat aja sendiri”.

 “Apaan nich Io?”
“Ntar aja dibuka”.
“Makasih ya”.

 Seharian Dara berduaan sama Rio ngerayaan ultahnya Dara yang ke 19. Dara mulai suka sama Rio. Dara ngerasa nggak sia-sia belajar mencintai Rio, karena sekarang Dara memang cinta sama Rio.
“Oh ya, Dar, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
“Ngomong apa?” jawab Dara bingung.
“Aku cinta banget sama kamu, aku juga sayang sama kamu. Kamu maukan jadi pacar aku lagi ?” ucap Rio dengan penuh harap.
“Hmm, gimana ya? Maaf aku gag bisa ..”
“Gag bisa kenapa? Aku bener-bener cinta sama kamu, Dar. Aku mohon kamu mau terima aku lagi.”

“Aduh, makanya dengerin aku mpe selesai ngomong dulu dong. Maksud aku, aku gag bisa nolak permintaan kamu buat jadi pacar aku lagi, gitu..” Jawab Dara.
“Hmm, nah kan.. mulai lagi nih ngerjain aku..”
“Biarin aja, haha..” Dara berlari meninggalkan Rio dan Rio langsung mengejar Dara.

Mita yang melihat kebahagiaan sahabatnya itu pun ikut merasa bahagia. Dan akhirnya sahabatnya itu, sudah menemukan cinta sejatinya yaitu Rio.

_THE END_

Kartini Apriyanti Biography

Nama Lengkap : Kartini Apriyanti
TTL : Samarinda, 14 April 1995
Agama : *Secret*
Anak : Ke-1 dari 5 bersaudara
Sekolah : SMK Negeri 1 Samarinda
Jurusan : Adm. Perkantoran
Makanan Favorite : Bakso
Minuman Favorite : Mocca Coffee
Artis Favorite : Big Time Rush, Justin Bieber, Selena Gomez, Taylor Swift, Demi Lovato
Warna Favorite: Kuning, Merah, Hitam
Film Favorite : Twilight Saga, Big Time Movie
TV Show Favorite : Big Time Rush, ICarly, Victorious, Wizard Of Waverly Place

Perkenalan :)


Hey guys.. kenalin nama aku Kartini Apriyanti. panggil aja Kartini. 
Aku masih baru di dunia Blogger. Istilahnya seperti anak baru yg baru pindah sekolah ke sekolah lain. jd belum tau apa-apa.

jd, aku mohon bantuan dr kalian yah bwt kasih masukan/comment/saran untuk blog aku ini.
sebelumnya aku ucapkan terimakasih.

Oiya, mohon difollow/di add yaahh :)

Instagram:
kartinischmidt

Twitter:

Facebook:

Youtube:

Lyric: Windows Down - Big Time Rush

Throw it up, woo hoo!

You’re pretty baby, but you know that
Wish i could bring ya, across the map
I can feel it in the air that it’s on tonight
I don’t really care if it’s wrong or right
Petal to the metal baby holds me tight
Anything you want i can get that girl
If you’re with that girl

Everybody knows that i want ya
If you want me baby show me
Roll the windows down let your hair flow
Let it all go tonight

Woo hoo, all the windows down
Woo hoo, when i’m rolling through your town (woo hoo)
Saying yeah yeah, woo hoo
Saying yeah yeah
Woo hoo, all the windows down
Woo hoo, when i’m rolling through your town (woo hoo)
Saying yeah yeah, woo hoo
Saying yeah yeah

You drive me crazy but you know that
Feel the breeze girl let’s take a lap
I can feel it in the air that it’s on tonight
I don’t really care if it’s wrong or right
lyricsalls.blogspot.com
Petal to the metal baby holds me tight
Anything you want i can get that girl
If you’re with that girl

Everybody knows that i want ya
If you want me baby show me
Roll the windows down let your hair flow
Let it all go tonight

Woo hoo, all the windows down
Woo hoo, when i’m rolling through your town (woo hoo)
Saying yeah yeah, woo hoo
Saying yeah yeah
Woo hoo, all the windows down
Woo hoo, when i’m rolling through your town (woo hoo)
Saying yeah yeah, woo hoo
Saying yeah yeah

[beat break]

Woo hoo, all the windows down
Woo hoo, when i’m rolling through your town (woo hoo)
Saying yeah yeah, woo hoo
Saying yeah yeah
Woo hoo, all the windows down
Woo hoo, when i’m rolling through your town (woo hoo)
Saying yeah yeah, woo hoo
Saying yeah yeah

Woo hoo, all the windows down
Woo hoo, when i’m rolling through your town (woo hoo)
Saying yeah yeah, woo hoo
Saying yeah yeah
Woo hoo, all the windows down
Woo hoo, when i’m rolling through your town (woo hoo)
Saying yeah yeah, woo hoo
Saying yeah yeah