Label

Sabtu, 16 Juni 2012

Cinta Sejati


“Aku nggak tau, maunya kamu itu apa. Udah jelas-jelas Rio itu suka banget sama kamu, sayang dan perhatian. Kenapa sich dia kamu putusin,” tanya Mita yang nggak habis pikir tentang kelakuan Dara.

“Aku nggak suka sama dia,” jawab Dara lantang
“Kalau kamu nggak suka, kenapa kamu terima dari awal, waktu dia nembak kamu?”
“Yach, aku kan nggak tau sikap dan sifat dia kayak itu. Ternyata udah dijalanin, aku rasa aku nggak cocok aja sama dia”.
“Tapi kan kalian baru sebulan jadian. Kamu butuh waktu Dar, agar kamu tau banyak soal Rio”.
“Duh..... Mit. Waktu sebulan itu cukup lama. Mau berapa lama lagi sich? Lagian aku udah bosan sama dia”.

“Kamu nggak boleh gitu Dar. Rio itu orangnya baik. Salah apa sich dia sama kamu. Pokoknya aku nggak setuju kamu putus sama dia”.
“Lho ... koq jadi kamu yang sewot ? Ya udah, kamu aja yang pacaran sama dia. Atau jangan-jangan kamu tu naksir ya sama Rio, makanya ngebelain dia”.
“Bukan gitu Dar!”
“Terus?”
“Aku nggak mau kamu kena batunya. Aku ini sahabat kamu. Aku nggak pengen terjadi apa-apa sama kamu”.

“Duh......perhatiannya. Tenang aja Mit, nggak akan terjadi apa-apa sama aku”.
“Iya, aku percaya, Dar. Sejak Wahyu pergi dari kamu, kamu tu banyak berubah. Dara yang dulu nggak pernah nyakitin perasaan orang lain, Dara yang selalu setia, Dara yang punya warna hidup”.

“Ach ..... sudah Mit, semua itu masa lalu. Lupakan aja Dara yang dulu. Meskipun sikap aku udah berubah. Dan aku rasa soal Wahyu nggak usah dibahas dech”.
“Tapi Wahyu kan yang buat kamu jadi seperti ini Dar. Aku kasian sama kamu”.
“Kamu nggak perlu kasiani aku, aku nggak papa kok, Mit”.
“Kamu nggak perlu bohong Dar. Kamu tu menderita karena orang yang paling kamu sayangi ningalin kamu tanpa membuat keputusan apapun. Aku kenal baik sama kamu Dar. Aku ingin kamu lupain Wahyu”.

Dara terdiam. Sejurus diresapinya kata-kata Mita barusan. Mita memang benar, Dara harus membuang jauh-jauh masa lalu dan membuka kehidupan untuk kebahagiaan. Tanpa diduga oleh Mita, Dara memeluknya dengan erat. Gadis itu menangis di pelukan sahabatnya.

“Tapi aku nggak bisa Mit. Aku nggak bisa lupain Wahyu. Aku cinta mati sama dia,” ujar Dara.
“Ss ....sst, kamu pasti bisa. Ingat Dar, cinta sejati itu adalah cinta kepada Tuhan. Kamu coba ya .....”.

Dara nuruti saran Mita untuk menerima Rio kembali. Memang dia sayang banget sama Dara. Dara berharap keputusan yang diambilnya kali ini bukan merupakan kesalahan seperti yang dilakukannya saat dia menerima Wahyu.

Biarpun Rio udah begitu baiknya, Dara tetap aja belum bisa menerima Rio sepenuhnya menjadi bagian dari kehidupannya. Menurutnya, posisi Wahyu belum bisa digantikan oleh siapapun termasuk Rio.


Rio ngajak Dara ke sebuah cafe. Suasana cafe yang cukup romantis pas benar pilihan Rio untuk mengungkapkan semua perasaannya ke Dara.
“Dar, aku nggak tau dan entah apalagi yang bisa aku lakukan untuk ngeyakini kamu, kalau aku benar-benar serius sama kamu. Aku ngerti kok, kalau hati kamu bukan untuk aku. Aku nggak bisa mengantikan posisi Wahyu di hati kamu”.
“Wahyu...? Kok kamu tau?”

“Mita udah cerita banyak tentang kamu. Maaf, mungkin aku terlalu lancang tau soal kamu. Tapi ini aku lakukan karena aku bingung dengan sikap kamu. Kita sudah hampir dua bulan kita pacaran, tapi nggak seperti orang pacaran lazimnya . Aku sadar , aku nggak akan bisa bahagiakan kamu”.

Rio menarik napas dalam-dalam. “Aku nggak peduli perasaan kamu ke aku seperti apa, tapi kamu harus tau aku benar-benar sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, Dar.
Streett....!! tanpa diduga jus tomat Dara tumpah, sehingga membasahi jeans yang dikenakan Dara.

“Kok bisa gini Dar? Kamu sich melamun aja,” kata Rio sembari membersihkan celana Dara dengan tissue. Dara membiarkan Rio melakukan itu. Nggak biasanya dia seperti itu.
“Dah selesai,” kata Rio.
Dara kaget. Berarti dari tadi Rio membersihkan celananya. Dara terus melamun.
“Thanks ya io, Duh .. jadi nggak enak nich”.
“Nggak apa-apa Dar”.

“Aku ke toilet sebentar ya Io”.
Dara ke toilet yang berada di sebelah kanan pintu keluar.
“Oh Tuhan...., kenapa aku selalu deg-degan terus bila dekat sama Rio, padahal sebelumnya nggak gitu. Dia baik banget, aku nggak tega kalau nyakitin dia. Mungkin Mita bener, aku harus menerima Rio jadi soulmateku, dan aku akan berusaha belajar mencintainya,” pikir Dara dalam hati.

Pas mau masuk ke toilet, tiba-tiba mata Dara terbentur dengan sosok yang nggak asing lagi buatnya.


“Wahyu ....?”
“Dara......kenapa ada di sini?”
“Kamu sendiri? Aku lagi makan bareng sama teman”.
“Dengan siapa kesini? Dengan pacar kamu?”
Bussyet Wahyu ngeledek atau serius.
“Nggak, teman.”
“Kamu masih sendiri, Dar?”
“Iya”.
“Sama donk kalau gitu”.


Kenapa ya aku nggak ngerasain hal yang sama pada Wahyu seperti yang aku rasakan waktu dengan Rio?pikirku
“Berarti aku bisa donk jalan lagi sama kamu,” tanya Wahyu.

Dara bingung dengan pertanyaan Wahyu barusan.
“Boleh”.
“Ok, oia Dar, aku cabut dulu, teman-teman nunggu tuh...”.
“Oh, iya..” jawab Dara.

***
Di Rumah Mita…

“Mit, gimana nich? Ntar malam Wahyu ngajak aku kencan.”
“Kencan apaan?”
“Mit, aku bingung banget. Tau nggak, dia ngajak aku balikan”.
“Nggak bisa Dar. Aku nggak setuju”.
“Tapi aku masih sayang sama dia. Dia nggak berubah Mit. Lagian aku ma dia kan belum putus”.
“Kamu tu gila ya Dar ? Wahyu tu udah ninggalin kamu, terus sekerang dia ngajakin kamu pacaran lagi. Kamu tu jangan bego Dar”.
“Tapi aku senang kalau bisa jalan sama dia lagi. Masalahnya Rio, Mit. Gimana dgn Rio?”
“Aku nggak bisa bantu kamu soal ini. Aku nggak ikut dalam perbuatan konyol kamu”.
“Ya udahlah, Mit”.
Mita ninggalin Dara. Sementara Dara masa bodoh dengan omongan Mita.

Malamnya Wahyu menjemput Dara. Wahyu membawa Dara ke tempat yang nggak kalah romantisnya dengan waktu Rio ngajak Dara.


“Dar, aku minta maaf”.
“Soal apa?”
“Aku tau, mungkin permintaan maaf aku ini nggak cukup buat nebus smua kesalahan aku sama kamu. Aku ninggalin kamu gitu aja,” hati-hati Wahyu melanjutkan kata-katanya.
“Waktu itu aku nggak tega mutusin kamu, makanya aku pergi ninggalin kamu”.
Dara terdiam, kegetiran menyelimuti perasaannya. Luka lamanya tertoreh kembali oleh perkataan Wahyu yang mengingatkannya pada penderitaan yang ia rasakan sepeninggalan Wahyu darinya.

“Dar, maafin aku. Sebenarnya waktu kita masih pacaran dulu, aku udah menjalin hubungan dengan cewek lain, namanya Alexa. Aku membandingkan kamu dengan Alexa, dengan tujuan ingin mencari yang terbaik diantara kalian berdua. Dengan Alexa, aku mendapatkan sesuatu yang nggak aku dapat dari kamu. Makanya aku putuskan bahwa Alexa adalah pilihan hatiku”.

Air mata yang indah ditahan Dara dari tadi nggak bisa lagi diajak kompromi, kini bergulir di kedua pipinya.

“Aku pergi dari kehidupan kamu dengan harapan aku bisa bahagia dengan Alexa. Tapi kenyataannya lain, Alexa nggak cuma milik aku, dia juga milik cowok-cowok lain. Sejak aku tau Alexa seperti itu, aku putus sama dia, dan setelah itu aku kesepian. Waktu itu aku sempat berpikir untuk kembali sama kamu, tapi aku takut kamu nggak mau menerima aku. Akhirnya kita bertemu di cafe itu. Waktu itu semangat dan keberanianku muncul, karena aku yakin dari tatapan mata kamu, masih ada cinta buat aku,” kata Wahyu.
Dara mengatur napas. Tampaknya sulit untuk bicara, karena isakan tangis.

“Aku nggak bisa, Yu”.
“Kenapa?” Wahyu terkejut dengan ucapan Dara yang nggak pernah dia duga.
“Aku ingin mencari kebahagiaan seperti halnya kamu. Dan aku rasa kebahagiaan itu nggak aku dapatkan dari kamu, tapi dari orang lain.”
“Siapa orang itu, Dar?”.
“Kamu nggak perlu tau siapa dia”.
“Tapi aku yakin, Dar, kamu hanya cinta sama aku.”
“Kamu benar, Yu. Aku memang sangat cinta sama kamu, dan aku sulit untuk ngelupain kamu, tetapi bukan berarti aku nggak bisa melupakan kamu.”
“Tapi gimana dengan aku, Dar. Kamu harus mikirin aku donk!”
“Waktu kamu ninggalin aku, kamu pernah mikir nggak tentang perasaan aku. Nggak pernah kan, Yu?”
“Tapi ....”
“Yu, serbaiknya kamu lupain semua tentang kita. Itu semua masa lalu, dan aku rasa nggak seharusnya kamu ada di sini, aku nggak mengharapkan kehadiran kamu. Pergilah Yu, kamu harus mencari cinta kamu, karena cinta kamu bukan aku.


***
Dirumah …

“Hei .....ngelamun terus. Tuh Rio nungguin di bawah. Kayaknya dia ada sesuatu untuk kamu,” Mita mengejutkan Dara, sehingga lamunannya berhamburan entah kemana.
“Apa....?”
“Nggak tau. Lihat aja sendiri”.

 “Apaan nich Io?”
“Ntar aja dibuka”.
“Makasih ya”.

 Seharian Dara berduaan sama Rio ngerayaan ultahnya Dara yang ke 19. Dara mulai suka sama Rio. Dara ngerasa nggak sia-sia belajar mencintai Rio, karena sekarang Dara memang cinta sama Rio.
“Oh ya, Dar, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
“Ngomong apa?” jawab Dara bingung.
“Aku cinta banget sama kamu, aku juga sayang sama kamu. Kamu maukan jadi pacar aku lagi ?” ucap Rio dengan penuh harap.
“Hmm, gimana ya? Maaf aku gag bisa ..”
“Gag bisa kenapa? Aku bener-bener cinta sama kamu, Dar. Aku mohon kamu mau terima aku lagi.”

“Aduh, makanya dengerin aku mpe selesai ngomong dulu dong. Maksud aku, aku gag bisa nolak permintaan kamu buat jadi pacar aku lagi, gitu..” Jawab Dara.
“Hmm, nah kan.. mulai lagi nih ngerjain aku..”
“Biarin aja, haha..” Dara berlari meninggalkan Rio dan Rio langsung mengejar Dara.

Mita yang melihat kebahagiaan sahabatnya itu pun ikut merasa bahagia. Dan akhirnya sahabatnya itu, sudah menemukan cinta sejatinya yaitu Rio.

_THE END_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar